Kecewa Terhadap Pemerintah, Mahasiswa dan Warga Ulumanda Gotong Royong Perbaiki Jalan

MAJENE, RAKYATTA.CO — Tak mendapat kepastian perbaikan jalan di salah satu titik terparah di Poros Salutambung-Urekang, puluhan mahasiswa dan warga Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene memilih melakukan kerja bakti. Kerja bakti dilakukan selama dua hari, Sabtu hingga Minggu dan akan terus berlanjut. Rencananya, mereka akan melakukan pengecoran di salah satu titik terparah di jalan yang merupakan jalan provinsi ini. Mereka mengumpulkan donasi untuk melakukan pengecoran tersebut.

Salah seorang warga, Haruna mengatakan, gotong royong ini diinisiasi oleh mahasiswa. Mereka terpaksa melakukan pekerjaan jalan secara swadaya karena tidak mendapat kepastian pengerjaan di titik terparah tersebut.

Di temui di lokasi jalan Ulumanda, Minggu (7/11/2021), Haruna mengatakan, meski Pemprov Sulbar kembali menganggarkan Rp19, 5 miliar tahun ini untuk poros Salutambung-Urekang, namun berdasarkan informasi dari berbagai pihak termasuk kontraktor, pengerjaan jalan untuk tahun ini tidak menyentuh titik paling parah yang selama ini dikeluhkan masyarakat. Titik tersebut berada di ruas Ba’basondong-Lombe sebelum puncak gunung Tandeallo.

“Jadi aksi gotong royong ini adalah bentuk keprihatinan yang sudah sampai pada titik klimaks,” ujar Haruna mengaku kecewa dengan keputusan yang diambil PU Pemprov Sulbar.

Dia mengatakan, sejak berpuluh tahun lalu hingga kini masalah jalan ke Ulumanda belum pernah berhenti menjadi keluhan warga, terutama ke gunung Tandeallo. Karenanya dia hadir dalam aksi gotong royong bersama mahasiswa sebagai bentuk keprihatinan dan dukungan kepada ide mahasiswa melakukan pengerjaan jalan secara swadaya.

“Ini saya sudah menjadi orang tua, dulu saya masih mahasiswa masih begini, sudah terlalu banyak janji-janji dari berbagai pihak, sejak kabupaten dulu sampai sekarang sudah jadi provinsi selalu saya berada di bagian dari perjuangan ini, tapi entah saya salah kaprah atau tidak, yang jelas saya mendukung mosi tidak percaya yang dikatakan oleh mahasiswa zaman ini,” ujar Haruna yang merupakan salah satu tokoh masyarakat di Taukong, Desa Tandeallo itu.

Haruna menyebut, sudah cukup banyak kucuran dana yang masuk ke jalan Ulumanda, namun tidak menyentuh titik yang paling dikeluhkan warga. Dia menilai, setiap alokasi dana di bentangan jalan Salutambung-Ulumanda sepertinya tidak berpihak pada skala prioritas.

“Kalau fokus pada anggaran tahun ini menurut saya sangat menyakitkan kalau sampai tidak bisa ditarik ini sampai ke puncak ini. Titik ini yang paling parah. Jadi sekali lagi sangat tidak manusiawi bila tidak bisa dilakukan perbaikan di titik terparah ini,” ujarnya.

Haruna berharap, pemerintah sudi membuka hati melihat fakta dan kondisi yang dialami masyarakat Ulumanda bagian pegunungan saat ini. Ribuan warga dari empat desa di bagian atas yang kesulitan mengakses pasar dan layanan publik lainnya karena kebijakan pembangunan jalan Ulumanda yang tidak melihat skala prioritas.

“Jadi berbesar hatilah (pemerintah) bagaimana caranya, masa selalu dikatakan tidak bisa ditarik ketitik parah, aturan darimana itu tidak bisa, dikatakan ini pekerjaan tidak bisa menyebrang (ke 2022), kenapakah ini pembangunan jalan selalu tergesa-gesa, heran kita, heran saya ini,” ucap Haruna dengan nada kecewa.

Sementara itu, salah seorang mahasiswa Muhammad Takdir menegaskan akan terus melakukan aksi galang donasi untuk melakukan perbaikan jalan secara swadaya. Mereka akan terus menghimpun bantuan dari siapa saja untuk melakukan gotong royong dan pengecoran jalan di titik paling parah jalan poros Salutambung-Urekang tersebut.

“Semua teman-teman yang mengharapkan perbaikan jalan di titik terparah di kecamatan Ulumanda ini tidak akan berhenti sebelum pemerintah memastikan titik terparah ini segera diperbaiki tahun ini,” ucap mahasiswa AMIKOM Yogyakarta ini. (*)

Bagikan...

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *