Aksi Unjuk Rasa Warnai Peringatan 10 November di Polman, Ini Tuntutannya

MAMUJU — Sejumlah Massa yang mengatasnamakan dirinya Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Polman tepat di Hari Pahlawan 10 November.

Beberapa poin tuntutan yang disampaikan dalam aksi tersebut diantaranya mempertegas pemerintah Dalam Hal Ini Dinas Lingkungan Hidup (DLHK), Pemerintah Daerah ( PEMDA), dan DPRD Untuk Menuntaskan persoalan sampah yang ada di polewali mandar hari ini.

Selain itu Massa juga menuntut Stop ali fungsi lahan produktif dan Cabut omnibus law

Ali Halim Mahasiswa Asal Unasman yang bertindak selaku koordinator lapangan dalam orasinya mengatakan, Setiap 10 November bangsa indonesia pemperigati hari pahlawan nasional. Hal dikarenakan ada tragedi atau peristiwa besar yang terjadi di masa lampau.

“Seperti yang kita ketahui kondisi bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945 sangat tegang dikarenakan tentara Inggris selaku wakil Sekutu di Jakarta yang diboncengi NICA (Pemerintah Sipil Hindia Belanda) yang berusaha merebut kembali kekuasaan di Indonesia. Hal ini menyebabkan timbulnya perlawanan dari bangsa Indonesia di antaranya adalah di Daerah Surabaya dan sekitarnya dengan pidato Bung Tomo yang membara,” Kata dia

Masih kata dia, Palagan Ambarawa, Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Semarang dan sekitarnya. Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bandung lautan api di daerah Bandung dan sekitarnya. Pihak Inggris sebagai bagian dari pertempuran ini memandang pertempuran Surabaya tersebut sebagai laksana Inferno atau Neraka.

“Hal ini dikarenakan, rencana Inggris ingin menguasai Surabaya menjadi terlambat dua hari dari target waktunya yaitu tanggal 26 November yang disebabkan kegigihan para pejuang Bangsa Indonesia yang ada di Surabaya. Medan perang di Surabaya menyebabkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban yang sebagian besar adalah warga sipil. Tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang,” kata dia.

Dari Refleksi 10 November, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) tidak terlepas membahas keresahan problem lokalitas daerah yang terjadi pada hari ini, dimana kota polewali mandar yang seharusnya menjadi kota percontohan beberapa daerah yang ada di Sulawesi barat, malah tidak memberikan cerminan yang baik, akibat ketidak seriusan Pemerintah daerah dalam menyelesaikan setiap problem daerah yang ada.

“Salah satunya mengenai penaganan sampah yang tidak mampu di tuntaskan dalam manajemen pengelolaanya,” Ujarnya.

Aksi yang dibangun FPPI mulai dari 5 juni 2021 dengan isu menindak lanjuti kerja-kerja pemerinta dalam mengurus penaganan sampah, itu tidak mendapat jawaban serius dari pemerinta Daerah, untuk bertanggung jawab dalam menuntaskan pengelolaan sampah tersebut. Dan pada awal Januari 2022 FPPI kembali membangun Aliansi dengan Mahasiswa untuk kembali mendesak secara tegas pemerinta untuk menghadirkan solusi mengenai penaganan sampah dan jawaban dari pemerintah akan mencari lokasi baru untuk pembangunan TPA baru untuk mempercepat pengelolaan sampah, Tetapi sampai hari ini solusi yg ditawarkan sebelumnya itu belum ada sampai saat ini, melihat realitas di daerah sampah masih berserakan di mana-mana.

“Maka dari itu melalui refleksi hari pahlawan kami masih tetap konsisten mengangkat isu penaganan sampah, sampai pemerintah betul-betul serius menyelesaikan permasalahan sampah,”Tutupnya.

Laporan: Aco

Bagikan...

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *