POLMAN – Proyek pengadaan bibit kakao unggul senilai Rp 28,1 miliar milik Dinas Perkebunan Sulawesi Barat (Sulbar) tahun 2025 menuai kontroversi. Pasalnya, sejumlah bibit kakao yang disalurkan ke Kabupaten Polewali Mandar (Polman) ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.
Iklan Bersponsor Google
Dari pantauan di lapangan, bibit kakao berlabel CV Wahana Multi Cipta asal Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang disalurkan melalui CV Aysando Utama, ditemukan layu, kering, ranting patah, hingga berwarna kuning kecokelatan. Kondisi ini membuat petani khawatir bibit mati sebelum sempat ditanam.
Distribusi bibit juga terkendala. Sejumlah truk pengangkut tidak mampu menjangkau desa pelosok, sehingga bibit terpaksa ditahan di truk hingga sehari penuh sebelum dipindahkan dengan mobil pick-up. Situasi ini semakin memperbesar risiko kerusakan bibit.
Perwakilan CV Aysando Utama, Sukma, mengaku siap mengganti bibit yang rusak. Ia menyebut pihaknya menyiapkan cadangan 2 persen dari total 1,2 juta bibit kakao yang disalurkan ke tiga kabupaten: Polman, Majene, dan Mamuju.
“Kalau ada laporan bibit rusak, kami siap ganti. Hanya saja penangkaran lokal di Polman memang terbatas. Jadi sebagian besar bibit dihimpun dari berbagai penangkaran, lalu kami kontrak langsung dengan Dinas Perkebunan Sulbar,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Meski demikian, Sukma menolak menyebutkan harga per bibit dengan alasan itu merupakan dokumen milik Dinas Perkebunan Sulbar. “Saya hanya penyedia lewat e-katalog. Soal harga dan data CPCL ada di dinas. Kami jalankan sesuai juknis, bahkan ada pendampingan dari Kejaksaan Tinggi Sulbar,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Bidang Pembibitan dan Pembenihan Dinas Perkebunan Sulbar, Muliadi, yang juga menjabat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan bibit, belum memberikan keterangan resmi.
Sementara itu, petani penerima bantuan berharap persoalan ini segera ditangani. Mereka menilai bibit yang layak tanam sangat penting, agar program miliaran rupiah ini tidak berujung sia-sia.
Iklan Google AdSense