Mamuju – Menanggapi tudingan dugaan salah diagnosis terhadap pasien inisial JM (42), Dokter Bedah bersama dengan Direktur RS Mitra Manakarra membantah hal tersebut dan menegaskan itu tidak benar.
Iklan Bersponsor Google
Sebelumnya diberitakan disejumlah media, dokter RS Mitra Manakarra diduga salah diagnosis penyakit pasien bernama JM (42). Awalnya diagnosis usus buntu namun menjadi tumor pasca menjalani operasi.
Dokter Bedah RS Mitra Manakarra, Tjia Adynata, memberikan penjelasan terkait proses pemeriksaan hingga penanganan yang telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit itu sudah sesuai SOP, dan semua tindakan telah di komunikasikan dengan baik kepada pihak keluarga pasien untuk mendapat persetujuan.
dr. Tjia menjelaskan, sejak awal diagnosis ia sudah menduga yang diderita pasien bukan usus buntu biasa, seperti yang dikeluhkan pasien, namun ada hal lain. Hal ini disampaikan berdasarkan pengalaman menangani pasien dengan keluhan yang hampir sama.
“Sejak awal kami sudah menyarankan agar pasien dan keluarganya dirujuk ke Makassar untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut,” kata Dr. Tjia, Selasa, 2 September 2025.
Namun, pasien dan keluarganya memilih dan meminta agar operasi tetap dilakukan di RS Mitra Manakarra dengan alasan istri pasien sedang hamil besar dan akan segera melahirkan.
“Kami menghormati keputusan tersebut dan sebelum operasi berlangsung, kami meminta pasien dan keluarga menandatangani dokumen persetujuan tindakan operasi, dan itu dilakukan,” jelasnya.
Tindakan medis pun dilakukan, pasca operasi, kecurigaan dokter bahwa ini bukan usus buntu biasa mulai terbukti yakni terdapat benjolan dibagian perut kanan bawah. Oleh karena itu, dokter kembali menyarankan agar pasien dirujuk ke Makassar guna mendapatkan penanganan yang lebih tepat, sebab jika tetap dilanjutkan bisa terjadi resiko yang tidak diinginkan.
“Saya kemudian menjelaskan temuan saat operasi dan segala resiko kepada saudaranya, akhirnya saudaranya setuju untuk dirujuk dan menandatangani persetujuan rujukan. Pasien kemudian dirujuk ke RS Tajuddin Chalid Makassar dalam kondisi stabil dan luka operasi kering,” ungkap Dr. Tjia.
Dr. Tjia menegaskan, langkah rujukan tersebut diambil demi memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, bukan sebagai bentuk penelantaran. Sebab memang sejak awal pasien sudah disarankan untuk dirujuk.
“Kami bertanggung jawab penuh terhadap pasien dan berkomitmen memberikan yang terbaik sesuai kemampuan dan prosedur medis yang berlaku,” tegas dr. Tjia.
Bahkan, kata dia, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dokter Bedah di RS Tadjuddin Makassar dan pasien yang kami rujuk sebelumya sudah menjalani operasi.
“Kondisi pasien saat ini, berdasarkan informasi yang kami dapat dari dokter di RS Tadjuddin, sudah agak baikan setelah operasi, dan saat ini sedang dalam masa pemulihan” demikian tutup dr. Tjia.
Iklan Google AdSense