Majene – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prov. sulbar, Prof. Dr. KH. Nafis Juaeni, MA, menyatakan kekhawatirannya atas potensi berkembangnya paham radikal di lingkungan mahasiswa. Ia menegaskan bahwa meski belum ditemukan kasus nyata di kampus lokal, indikasi awal patut diwaspadai sejak dini.
Iklan Bersponsor Google
Menurut KH. Nafis, “Paham radikal kerap menyusup secara halus lewat pertemuan informal, media sosial, atau selebaran. Jika dibiarkan, ini bisa menjadi bom waktu yang meledak di masa depan.” Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter mahasiswa sebagai filter awal penyebaran ideologi ekstrem.
Untuk mencegah hal tersebut, MUI Majene menyerukan:
-
Kolaborasi dengan kampus melalui kegiatan penguatan wawasan kebangsaan dan moderasi beragama;
-
Pelibatan dosen dan organisasi kemahasiswaan sebagai mitra aktif dalam mengidentifikasi dan menindak indikasi radikalisme;
-
Pendekatan kultural, mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai toleransi yang selama ini telah menjadi ciri khas masyarakat Majene.
KH. Nafis menambahkan, “Pencegahan lebih baik daripada penindakan. Kalau mahasiswa sudah terpapar, repolarisasi bukan hal mudah.” Oleh karena itu, dorongan untuk melakukan pelatihan deteksi dini dan edukasi nilai-nilai kebangsaan menjadi prioritas.
Ditempat lain, Rektor salah satu kampus di Majene, yang enggan disebutkan namanya, menyambut baik ajakan tersebut dan menyatakan kesiapan membuka ruang dialog serta pelatihan bersama MUI dan pihak kepolisian setempat.
Dengan langkah proaktif ini, diharapkan Majene menjadi contoh daerah yang tidak hanya menjaga akidah, tetapi juga menjaga keutuhan NKRI melalui kawalan terhadap pemikiran ekstrem, termasuk dari kalangan generasi muda akademis.
Iklan Google AdSense