Oleh: Muhammad Ikhsan Abrari
HMI Cabang Polman
Iklan Bersponsor Google
OPINI — Sekelumit Pertanyaan Memenuhi Kepala Para Mahasiswa, Menyesakkan Dan Menuntut Untuk Memenuhi Ruang Ruang Diskusi Juga Papan Tulis Sipelaksana
Ampera, Aroma Penderitaan Rakyat Dan Harapan Hidup Dalam Kesejahteraan Yang Pernah Dijanjikan Berdesak Desakan Untuk Segera Dikabarkan Dalam Setiap Putusan Kebijakan.
Bersamaan Dengan Hingar Bingar Peringatan Hut Polman Ke 63 Tahun Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Daerah Polman, Juga Tak Luput Dari Sorotan Media Beberapa Demonstran Sedang Menyalakan Api Dengan Membakar Ban Bekas Di Depan Kantor Bupati Polewali Mandar.
Dibawah Terik Matahari Mahasiswa Yang Tak Seberapa Jumlahnya Silih Berganti Mengangkat Megafon Meneriakkan Persoalan Yang Sangat Tidak Asing Bagi Kita Semua,
Yah Tentu Tak Asing Karna Seolah Dibiarkan Terjadi Bgtu saja. Persolan Sampah Kurang Lebih 2 Tahun Lamanya Yang Sampai Hari Ini Tidak Menemui Titik Terangnya, Nasib Masyarakat Petani Di Salah Satu Kecamatan Daerah Polman Yang Sudah puluhan tahun Mengalami Gagal Panen luput dari perhatian,
Dan Juga Visi Misi Bupati Yang Tidak Terealisasi Dengan Maksimal Menjadi Poin Penting Dalam Orasi Yang Disampaikan. Tentu Jawaban Dari Semua Itu Bergantung Pada kepedulian pemerintah daerah polewali mandar itu sendiri.
Namun orang nomor satu di kabupaten polman itu semakin menunjukkan sikap tidak becus sebagai pemimpin,
Entah apa yang lebih penting dari nasib rakyat, Andi Ibrahim Masdar selaku Bupati polewali mandar malah hengkang meninggalkan kantornya dibanding keluar menemui Mahasiswa.
Menanggapi sikap tersebut mahasiswa menduduki gedung pola kantor bupati dan mendesak bupati yang terkenal arogan agar memperlihatkan keseriusan dalam menaggapi persolan yang ada di daerah.
Dialog yang sempat berlangsung antara mahasiswa dengan beberapa pihak dari dinas terkait juga tidak memberikan kejelasan.
Sampai hari ini belum ada respon baik dari pihak pemerintah untuk persoalan tersebut.
Bahkan sikap miris malah ditunjukkan oleh bupati polewali mandar dengan menjadikan kasat pol pp yang melakukan pengamanan sebagai tumbal atas kekesalan bupati polman jago dengan memberikan sangsi pemberhentian sementara.
Sikap ini tentu memperjelas arogansi bupati polewali mandar dan tidak fahamannya hidup dalam takdir demokrasi. Pada akhirnya pemerintahan kabupaten polewali mandar menjadi tiran didalam demokrasi.
Di ujung tulisan singkat ini saya selaku kordinator lapangan aksi menyerukan perlawanan tanpa henti. walau sekawanan mahasiswa di sudut kota ini berlindung dibalik megahnya simbol simbol universitas dan dengan gagahnya meneteng alamamter kebanggannya. Setidaknya itu cukup untuk melindungi mulutnya dari bau busuk sampah di depan kampus mereka.HIDUP MAHASISWA…HIDUP RAKYAT…YAKIN USAHA SAMPAI
Iklan Google AdSense