MAMUJU — Suarakan 12 Tuntutan, Ratusan Mahasiswa dari berbagai Perguruan tinggi di Mamuju yang tergabung dalam Aliansi Sulbar Bergerak menggelar aksi unjuk rasa, Senin 11 April 2022.
Iklan Bersponsor Google
Aksi Massa ini mendapat pengawalan Ketat oleh aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Adapun 12 tuntutan massa aksi :
* Tolak penundaan Pemilu dan amandemen UUD 1945
* Turunkan harga BBM
* Turunkan harga Sembako
* Tolak kenaikan PPN
* Cabut UU IKN
* Cabut UU Ciptakerja dan UU Minerba
* Tolak hutang baru, hapus utang lama
* Stop impor bahan jadi, stop ekspor bahan mentah
* Sahkan RUU masyarakat hukum ada dan RUU kepulauan
* Kawal pengesahan RUU TPKS
* Revisi UU ITE
* Stop kriminalisasi mahasiswa dan masyarakat.
Sakti yang berindak selalu jenderal lapangan menegaskan, wacana penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode bukan isu utama kami, karena hal tersebut inkonstitusional dan harga mati dan tidak boleh.
“Itu menghianati perjuangan reformasi dan bentuk penghianatan terhadap rakyat,”Ujarnya.
Lanjut dikatakan, dengan membawa 12 tuntutan rakyat, yang saat ini menjadi derita rakyat.
“Harga BBM melambung dipaksa mengkonsumsi minyak mahal, belum lagi minyak goreng selain harga tinggi juga mahal,” kata Sakti.
Sementara itu, Irfan dalam orasinya menyampaikan jika hari ini kondisi bangsa tidak sedang baik-baik saja. Utang semakin membengkak dan kebutuhan pokok rakyat semakin mahal dan sulit, serta lahirnya regulasi yang cacat prosedural serta memihak pada kepentingan pemodal asing.
“Pengesahan undang-undang Ciptakerja, undang-undang Minerba, undang-undang IKN dilakukan dengan cacat prosedural. Selain tergesa-gesa juga tidak mengakomodir suara rakyat. Bahkan UU ini lahir berpihak pada investor asing,” kata Irfan.
Sambung kata Awal, menyampaikan, persoalan kelangkaan dan mahalnya minyak goreng itu melukai hati rakyat, dicabutnya Permendag yang mengatur harga eceran tertinggi justeru itu membuat kondisi tidak stabil akan membuat pemodal memainkan harga. Belum lagi minyak sawit mentah kita yang produksinya tidak dikhususkan untuk produksi rumah tangga padahal kebun-kebun terhampar luas Indonesia dengan berbagai konfliknya.
“Negara harus hadir sebagai solusi, melindungi rakyatnya dan mensejahterakan,”Pungkasnya.(*)
Iklan Google AdSense