MAMUJU — Enam hari sudah berlalu sejak kabar hilangnya Muh. Alfatih, balita berusia tiga tahun, di perairan Pulau Saboyan, Desa Balabalakang, Kabupaten Mamuju. Namun, harapan untuk menemukan sang buah hati belum padam.
Iklan Bersponsor Google
Di bawah langit yang kadang cerah, kadang berawan, tim SAR gabungan terus berjuang menyisir luasnya lautan. Pada Rabu (29/10) pagi pukul 07.00 WITA, dua regu pencari kembali diterjunkan dari posko utama. Dengan menggunakan dua unit Rigid Inflatable Boat (RIB), satu tim bergerak sejauh 52 nautical mile ke arah barat, sedangkan tim lainnya menembus 63 nautical mile ke arah barat laut dari Pelabuhan Majene.
Gelombang setinggi 0,5 hingga 1,25 meter serta hembusan angin dari utara–barat laut menjadi ujian tersendiri bagi para petugas. Meski begitu, semangat mereka tak pernah surut. Komunikasi intensif terus dijaga di tengah kerasnya ombak, dengan satu tujuan — menemukan Alfatih.
Pencarian hari keenam dihentikan sementara pada pukul 18.00 WITA. Hasilnya masih nihil. Tim kemudian beristirahat di Dermaga Dekking, Majene, untuk memulihkan tenaga sebelum melanjutkan operasi esok hari.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mamuju menyatakan tekad kuat seluruh personel di lapangan.
“Kami tidak akan berhenti sebelum ada kepastian. Seluruh tim tetap bersemangat, dan kami berharap korban segera ditemukan,” ujarnya dengan nada penuh harap.
Operasi besar ini melibatkan Basarnas Mamuju, BPBD Sulawesi Barat, Pos SAR Majene, Camat Balabalakang, serta masyarakat setempat. Sejumlah peralatan seperti RIB, kendaraan D-Max, Rescue Carrier, hingga perlengkapan navigasi, komunikasi, dan medis turut dikerahkan.
Malam kembali menyelimuti perairan Balabalakang. Namun, bagi tim pencari, setiap suara ombak yang bergulung tetap membawa secercah harapan. Esok pagi, pencarian akan kembali dilanjutkan — bersama doa dan asa keluarga kecil yang menanti kabar tentang Muh. Alfatih, balita yang hingga kini masih menjadi misteri di laut Saboyan.
Iklan Google AdSense










